Komisi III Kritisi Tewasnya Taruna Akpol
Anggota Komisi III DPR Sarifuddin Sudding mengkritisi dan mempertanyakan insiden pemukulan yang berujung tewasnya Brigadir Dua Taruna (Brigdatar) Mohammad Adam di Akademi Kepolisian, Semarang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Politisi F-Hanura itu meminta Kapolri untuk mengusut pelaku dari aksi tersebut.
Demikian ditekannya saat rapat kerja antara Komisi III DPR dengan Kapolri Tito Karnavian, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (23/5/2017). Dalam rapat yang dipimpin Wakil Ketua Komisi III DPR Desmond Junaidi Mahesa (F-Gerindra) itu, kasus tewasnya Taruna Akpol, cukup menjadi sorotan tajam.
“Akademi Kepolisian juga harus diinvestigasi. Budaya kekerasan harus dihentikan di Akpol,” tegas Sudding, yang merupakan politisi asal dapil Sulawesi Tengah itu.
Kritikan juga datang dari Anggota Komisi III DPR Akbar Faizal. Politisi F-Nasdem itu menegaskan, kejadian tewasnya Taruna Akpol itu tidak bisa dibiarkan terjadi terus menerus.
“Pak Kapolri, ada pilihan yang lebih realistis, bagaimana SDM yang ditugaskan di sana agar lebih terukur. Catatan saya, ada 15 pejabat Polri untuk ditugaskan di Akpol, untuk menjaga anak-anaknya. Kita tidak bisa membiarkan ini,” tegas politisi asal dapil Sulawesi Selatan itu.
Menanggapi hal itu, Kapolri Tito Karnavian menegaskan bahwa ia sudah menyampaikan kepada seluruh jajarannya agar budaya pemukulan dihilangkan di tubuh Akpol.
“Saat itu saya sedang memberikan pengarahan di Akpol, saya ingatkan. Sehingga saat terjadi peristiwa itu saya sangat menyesalkan. Dan kemarin Pak Wakapolri menelaah, kenapa bisa terjadi apakah masalah budaya? Kenapa budaya seperti ini masih berlanjut,” jelasnya ujarnya.
Tito menambahkan, persoalan pemukulan Adam sudah ditangani langsung oleh Wakapolri Komjen Syafruddin. Wakapolri mendatangi tempat kejadian perkara dan mengevaluasi seluruh pihak yang lalai dan terlibat dalam pemukulan.
Tito pun memastikan, insiden tewasnya Adam akan menjadi momentum untuk memperbaiki budaya yang ada di Akpol. Ia menegaskan budaya kekerasan tidak boleh berlanjut.
“Bayangkan kalau di Akpol sudah dilatih kekerasan, nanti keluar, kekerasan akan berlanjut. Ini menjadi titik balik, turn back point agar jangan sampai terulang lagi,” komitmen Tito. (sf)/foto:Runi/rni